Suatu ketika, malam 27 Rajab, Rasulullah Muhammad saw sedang bertafakur di
masjidil Haram. Saat itu Rasulullah saw sedang menjalani 11 tahun masa
kenabiannya.
Kondisi perjuangan Islam sedang dalam masa-masa paling sulit. Umat Islam
diboikot oleh kaum Ouraisy. Perdagangan dan berbagai interaksi sQSial ekonomi
umat Islam diisolasi dan sangat dibatasi. Dalam kondisi seperti itu, paman dan
istri Rasulullah saw sebagai orang-orang yang sangat gigih mendukung perjuangan
Nabi pun 'dipanggil', diwafatkan oleh Allah SWT, meninggalkan Rasulullah. Nabi
benar benar dalam kondisi jiwa yang sangat tertekan.
Di saat-saat seperti itu Rasulullah saw lantas meningkatkan dzikir dan
tafakurnya kepada Allah, Sang Maha Perkasa dan Maha Menyayangi. Beliau banyak
melakukan perenungan di masjidil Haram. Seperti yang sering beliau lakukan di
Gua Hira' saat-saat sebelum masa kenabiannya, menjelang memperoleh wahyu
pertama.
Maka, ketika malam semakin larut mendekati tengah malam, suasana masjidil
Haram semakin sepi dan lengang. Rasulullah saw mencapai puncak kekhusyukannya.
Tiba-tiba muncullah malaikat Jibril dari ufuk yang tinggi. Badan Jibril
memenuhi horizon penglihatan Nabi (QS. 53 : 5-11). Jibril terus mendekati Nabi
sampai jarak sekitar satu busur anak panah atau lebih dekat lagi. (Begitulah
cara Jibril memperlihatkan diri aslinya kepada Nabi dalam menyampaikan wahyu
dari Allah).
Setelah dekat, Jibril menyampaikan perintah Allah, bahwa ia disuruh untuk
mengajak Rasulullah melakukan perjalanan luar biasa, yang kemudian kita kenal
sebagai Isra'Mi'raj.
Rasulullah saw, lantas diajak oleh Jibril menuju sumur Zam-zam, yang terletak
tidak jauh dari situ, untuk mensucikan dirinya, sebelum berangkat. Dalam
berbagai kisah digambarkan 'hati' Rasulullah saw disucikan oleh malaikat Jibril
menggunakan air Zam-zam, sebagai persiapan untuk melakukan perjalanan 'menuju'
Allah itu.
Setelah itu, melesatlah mereka berdua dengan menggunakan Buraq (makhluk
cahaya) menuju ke Palestina yang berjarak sekitar 1500 km dari Mekkah. Mereka
menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk ukuran orang pada waktu itu hanya
dalam waktu setengah malam.
Mestinya, menggunakan unta atau kuda memerlukan waktu berbulan-bulan. Apalagi,
selain ke Palestina Rasulullah saw juga melakukan perjalanan ke langit ke tujuh.
Dan ternyata, sebelum subuh, Rasulullah saw sudah balik berada di Mekkah lagi.
Tentu saja, berita ini sangat menggemparkan masyarakat pada waktu itu. Bukan
hanya orang-orang kafir yang mencemoohkan Nabi, tapi sebagian umat Islam pun
sempat dihinggapi oleh keraguan.
Ada 2 hal yang kontradiktif. Yang pertama, Rasulullah saw bercerita bahwa
beliau telah melakukan perjalanan sejauh itu hanya dalam waktu setengah malam.
Hal ini tentu saja tidak bisa diterima oleh mereka yang mendengarnya. Tapi, yang
kedua, Muhammad dikenal sebagai orang yang tidak pernah berbohong sejak kecil,
sehingga dijuluki Al Amin. Mestinya, kabar yang ia sampaikan itu juga bukan
berita bohong.
Maka, berita itu pun menggemparkan masyarakat Mekkah. Termasuk para sahabat.
Mereka terpecah dalam 3 golongan besar. Yang pertama, adalah mereka yang
mencemoohkan. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kafir. Untuk menghindari
kontradiksi diatas bahwa Muhammad tidak pernah berbohong mereka pun mengembuskan
berita bahwa Muhammad telah gila. Dan mereka pun menjadikan berita itu sebagai
bahan cemoohan dan ejekan. Orang-orang kafir memperoleh 'amunisi' baru untuk
memojokkan perjuangan Rasulullah.
Kelompok kedua, adalah mereka yang ragu-ragu. Dalam kelompok ini ada
orang-orang kafir dan ada pula orang-orang Islam. Mereka terbawa oleh suasana
kontradiksi di atas. Mau percaya, kok berita itu tidak masuk akal. Tapi, mau
nggak percaya, Muhammad itu kan tidak pernah berbohong. Maka, mereka pun
ragu-ragu.
Kelompok yang ketiga, adalah mereka yang begitu yakin akan keRasulan Muhammad.
Di antaranya yang menonjol adalah Abu Bakar Ash shiddid. Mereka meyakini
sepenuhnya, bahwa yang diucapkan Rasulullah saw pasti benar adanya. Perjalanan
yang kontroversial itu pun bagi mereka justru meningkatkan keyakinannya bahwa
beliau benar-benar utusan Allah.
Nah, ketiga golongan tersebut ternyata bukan hanya ada pada zaman itu,
melainkan terbawa sepanjang sejarah perkembangan Islam. Sampai kini pun, ada
orang-orang yang tidak percaya, yang ragu-ragu dan yang langsung beriman,
meskipun tidak tahu penjelasannya.
Untuk itu, dalam diskusi kali ini saya ingin ikut ‘urun rembug’ dalam wacana
yang sudah berusia hampir 1.500 tahun tersebut. Saya ingin mengatakan bahwa
peristiwa yang kontroversial tersebut sebenarnya bisa diurai dengan menggunakan
logika-logika modern, tanpa harus mengorbankan keimanan kita. Bahkan akan
semakin menegaskan betapa Maha Perkasa Allah, Sang Penguasa Alam semesta ini.
Pembahasan Isra' Mi'raj dalam diskusi kali ini saya bagi dalam dua etape.
Etape pertama adalah perjalanan dari Mekkah ke Palestina, yang dikenal sebagai
ISRA'. Sedangkan etape kedua, dari Palestina ke langit ketujuh, yang kita sebut
sebagai MI'RAJ. Kedua pembahasan itu saya uraikan secara berurutan.
DALAM TINJAUAN SAINS MODERN
Peristiwa Isra' Mi'raj sarat dengan pemahaman ilmu pengetahuan mutakhir. Bagi
saya, ini juga menunjukkan bahwa ajaran Islam mengandung pelajaran-pelajaran
yang sangat canggih yang berlaku sampai akhir zaman. Ditafsir secara sederhana
seperti pada zaman Rasulullah saw bisa, ditafsir dengan ilmu pengetahuan
mutakhir pun semakin mempesona.
Untuk memahami hikmah yang terkandung di dalam perjalanan tersebut marilah
kita kutip firman Allah berikut ini.
QS. lsraa' (17) : 1
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Ayat di atas menceritakan perjalanan malam itu dengan sangat komprehensif.
Sehingga dengan berpatokan pada ayat tersebut kita bisa memperoleh pemahaman
yang sangat memadai tentang kejadian tersebut.
Setidak-tidaknya, ada 8 kata kunci di dalam ayat tersebut yang bisa menuntun
pemahaman kita tentang perjalanan malam Rasulullah saw, yaitu:
1. Maha Suci Allah yang, (Subhanalladzii)
2. Memperjalankan (asraa)
3. HambaNya (abdihi)
4. Malam Hari (Laila)
5. Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
(Minal masjid al haraam i1al masjid al Aqsha)
6. Kami berkati sekelilingnya (baaraknaa haulahu)
7. Tanda-Tanda kebesaran Allah (linuriyahu min aayaatina)
8. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat
(innahu huwassamii'ul 'bashfir)
1. Maha Suci Allah
Cerita tentang Isra' di dalam firman Allah tersebut di atas dimulai dengan
kata Subhaanalladzii - Maha Suci Allah yang. Kata pembuka ini, menurut saya
memiliki makna yang sangat mendalam untuk memulai pemahaman kita.
Kalau kita mau kritis, kita pasti bertanya-tanya: "Kenapa ya cerita tentang
Isra' ini kok dimulai dengan kata Subhanallah? Kok bukan dengan kata-kata yang
lain?"
Saya menangkap suatu kesan bahwa Allah ingin memberikan penegasan kepada kita
bahwa perjalanan Rasulullah saw ini bukanlah perjalanan biasa. Melainkan sebuah
perjalanan luar biasa. Kenapa saya memiliki kesimpulan tersebut?
Di dalam Islam, kata Subhanallah diajarkan untuk diucapkan ketika kita menemui
suatu kejadian yang luar biasa atau menakjubkan. Ketika melihat ciptaan Allah
yang Maha Dahsyat di alam semesta, misalnya, kita dianjurkan untuk mengucapkan
Subhanallah. Kehebatan proses-proses pembakaran di matahari, kecepatan putar
planet Bumi yang luar biasa, keindahan pantulan cahaya bulan purnama yang begitu
memukau, dan lain sebagainya, bisa menyulut rasa terpesona kita. Dan kemudian
terlontar ucapan Subhanallah.
Maka, ketika Allah memulai ayat Isra' tersebut dengan kata Subhanallah,
pikiran saya langsung menangkap nuansa bahwa Allah akan bercerita sesuatu yang
luar biasa di kalimat-kalimat berikutnya. Selain itu, penegasan-penegasan di
bagian akhir ayat ini juga menggambarkan betapa semua itu memang menunjukkan
Maha Perkasa dan Maha Dahsyatnya Allah, Sang Penguasa Alam semesta.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih baik, di bawah ini saya cuplikkan
beberapa ayat yang mengajarkan kepada kita untuk mengucapkan Subhaanallaah.
QS. Ali Imran : 190-191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa Neraka.
QS. Al A'raaf (7) : 54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan Bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk, kepada perintah Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
Dan banyak lagi ayat-ayat yang mengajak kita untuk mengagumi Kebesaran dan
Kemaha-Sucian Allah. Di antaranya adalah ayat-ayat berikut ini. QS. 23: 14, QS.
25: 1, QS 25: 10, QS. 25: 61, QS. 43: 85, QS. 59: 23, QS. 67: 1
2. Yang Telah Memperjalankan
Kata kunci yang kedua adalah kata asraa 'memperjalankan' ' Kata ini
memberikan makna yang penting buat kita dalam memahami peristiwa tersebut.
Bahwa, temyata perjalanan luar biasa itu memang bukan kehendak Rasulullah saw
sendiri, melainkan kehendak Allah.
Kenapa berkesimpulan demikian? Ya, karena Allah menginformasikan kepada kita
dalam ayat tersebut bahwa semua itu terjadi atas kehendakNya. Allah-lah yang
telah memperjalankan Muhammad saw.
Dengan kata lain, kita juga memperoleh 'bocoran' bahwa Rasulullah saw tidak
akan bisa melakukan perjalanan tersebut atas kehendaknya sendiri. Sebagaimana
saya uraikan pada bagian-bagian berikutnya nanti, perjalanan ini memang terlalu
dahsyat bagi seorang manusia. Jangankan manusia biasa, Rasulullah saw pun tidak
bisa jika tidak diperjalankan oleh Allah.
Karena itu Allah lantas mengutus malaikat Jibril untuk membawa Nabi melanglang
'ruang' dan 'waktu' di dalam alam semesta ciptaan Allah. Jibril sengaja dipilih
oleh Allah untuk mendampingi perjalanan beliau mengarungi semesta, karena Jibril
adalah makhluk dari langit ke tujuh yang berbadan cahaya. Dengan badan cahayanya
itu, Jibril bisa membawa Rasulullah saw melintasi dimensi-dimensi yang tak kasat
mata.
Selain itu perjalanan mereka juga disertai oleh Buraq. la adalah makhluk
berbadan cahaya yang berasal dari alam malakut yang dijadikan tunggangan selama
perjalanan tersebut. Buraq berasal dari kata Barqun yang berarti kilat. Maka,
ketika menunggang Buraq itu mereka bertiga melesat dengan kecepatan cahaya,
sekitar 300.000 km per detik.
Di sinilah mulai muncul pertanyaan dan kontradiksi. Dalam ilmu Fisika Modern
diketahui bahwa kecepatan tertinggi di alam semesta adalah cahaya. Tidak ada
kecepatan lain yang lebih tinggi darinya.
Kecepatan yang setinggi itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang benda. Hanya
sesuatu yang sangat ringan saja yang bisa memiliki kecepatan demikian tinggi
itu. Bahkan saking ringannya, maka sesuatu itu harus tidak memiliki massa atau
bobot sama sekali. Jika sesuatu masih memiliki bobot meskipun hampir nol ia
tidak bisa mengalami kecepatan cahaya. Yang bisa melakukan kecepatan itu cuma
photon saja, yaitu kuantum-kuantum penyusun cahaya. Bahkan elektron yang
bobotnya dikatakan hampir nol pun tidak bisa memiliki kecepatan setinggi itu.
Di sinilah mulai muncul problem, dalam menjelaskan peristiwa Isra'. Malaikat
Jibril dan Buraq adalah makhluk cahaya, yang badannya tersusun dari
photon-photon, yang sangat ringan. Karena itu tidak mengalami kendala untuk
bergerak dengan kecepatan cahaya yang demikian tinggi. Akan tetapi Rasulullah
saw adalah manusia biasa. Badannya tersusun dari atom-atom kimiawi, yang
memiliki bobot.
Kalau kita mencoba memahami zat-zat penyusun tubuh manusia, maka kita akan
mendapati bahwa badan kita tersusun dari organ-organ tubuh, seperti otak,
jantung, paru-paru, liver, daging, tulang dan lain sebagainya.
Berbagai organ tubuh itu juga tersusun dari bagian yang lebih kecil yang
disebut sel. Ada sel-sel jantung, ada sel-sel otak, sel darah, sel tulang, sel
saraf, daging, liver dan lain sebagainya.
Jika dilihat lagi penyusunnya, maka berbagai macam sel itu tersusun dari
molekul-molekul. Baik yang sederhana maupun molekul yang sangat kompleks. Mulai
dari H2O sampai pada rantai molekul asam amino atau protein-protein kompleks
lainnya.
Dan kalau kita cermati lebih mendetil lagi, maka molekul molekul itu juga
tersusun dari bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut atom. Ada miliaran
atom yang menyusun tubuh manusia. Dan seterusnya, atom ternyata juga tersusun
dari partikel-partikel sub atomik seperti proton, neutron, elektron dan lain
sebagainya.
Seluruh bagian-bagian penyusun itu bergandengan satu sama lain dengan
menggunakan energi ikat, supaya tidak tercerai-berai. Partikel-partikel sub
atomik bergandengan membentuk atom. Atom atom bergandengan membentuk molekul.
Demikian pula berbagai jenis molekul bergandengan membentuk sel-sel tubuh dan
seluruh organ. Dan kemudian organ-organ itu berkolaborasi membentuk badan kita.
Seorang manusia lantas memiliki bobot yang cukup berat, berpuluh-puluh kilo.
Maka, 'benda' yang seberat itu tentu tidak bisa dipercepat dengan kecepatan
tinggi, sebagaimana photon-photon cahaya yang tidak punya bobot.
Selain berat, sistem tubuh kita juga tidak bisa dipercepat terlalu tinggi.
Jangankan setinggi kecepatan cahaya, dengan percepatan beberapa kali gravitasi
Bumi (G) saja sudah akan mengalami kendala serius. Dan bisa meninggal Dunia.
Bayangkan seorang pilot pesawat tempur. Ketika ia melakukan manuver di
angkasa, ia sebenarnya sedang melakukan gerakan-gerakan yang berbahaya bagi
tubuhnya. Terutama otak dan jantungnya.
Misalkan, ketika ia melakukan gerakan vertikal naik ke langit atau manuver
'jatuh' ke Bumi. Saat itu, badannya bakal mengalami tekanan alias bebal yang
sangat besar, bergantung pada besarnya percepatan yang dia lakukan.
Jika dia bermanuver ke langit dengan percepatan 2 kali gravitasi Bumi (2G),
maka badannya akan mengalami tekanan dua kali lipat dari biasanya. Kalau bobot
badannya pada kondisi normal 80 kg, misalnya, maka pada saat melakukan manuver
itu bobotnya akan menjadi 160 kg.
Demikian pula anggota-anggota badannya juga akan mengalami perlipatan bobot.
Jika kepalanya berbobot 10 kg, maka pada saat bermanuver 2G itu kepalanya akan
memiliki bobot 20 kg. Demikian pula tangannya, kakinya, dan seluruh organ
tubuhnya menjadi 2 kali lipat bobot semula.
Maka, anda bisa bayangkan betapa otot-otot tubuhnya akan terbeban dengan beban
yang jauh lebih berat dari biasanya. Itu kalau percepatannya menjadi dua kali
lipatnya. Padahal, banyak pilot pesawat tempur melakukan manuver sampai 5G, 5
kali gravitasi Bumi. Anda bisa bayangkan berapa bobotnya ketika itu.
Kepalanya menjadi berbobot 50 kg, tangannya menjadi 25 kg, kakinya menjadi 30
kg, dan seterusnya. Bisa-bisa sang pilot tidak mampu mengangkat kepala, karena
otot lehernya tidak terlatih. Atau bisa jadi tangannya menjadi sulit digerakkan
untuk menggerak kemudi, karena ototnya mendadak seperti lemas tak bertenaga.
Bahkan bukan hanya itu, otak si pilot bisa mengalami problem juga. Sebagai
contoh, Anda pernah naik lift yang kecepatannya agak tinggi? Nah, pada saat lift
itu bergerak terasa ada tekanan di otak kita, 'nyuuut'!
Kalau percepatannya lebih tinggi lagi, rasa 'nyuut' di otak itu akan semakin
besar. Seperti orang yang jatuh bebas ke dalam sebuah sumur yang dalam.
Bisa-bisa seseorang akan mengalami 'hilang kesadaran'. Apalagi manuver pilot
dengan percepatan sampai 5G. Pilot yang tidak terlatih bisa-bisa mengalami black
out alias semaput atau pingsan di angkasa.
Apa yang saya ceritakan di atas adalah kecepatan-kecepatan yang masih
tergolong rendah untuk ukuran alam semesta. Itu saja, badan manusia sudah tidak
kuat menanggung bebannya. Apalagi jika kita bermain-main dengan kecepatan
cahaya, yang per detiknya bisa mencapai 300.000 km. Sungguh, badan manusia tidak
akan mampu menahannya.
Efek yang bakal terjadi bukan hanya pingsan. Tetapi lebih dahsyat dari itu :
badan manusia akan tercerai-berai menjadi partikel partikel sub atomik, sebelum
mencapai kecepatan cahaya. Kenapa bisa demikian ?
Sebagaimana saya jelaskan di atas, tubuh manusia tersusun dari
partikel-partikel sub atomik yang saling bergandengan menggunakan binding energy
alias 'energi ikat'. Nah, ketika dipercepat dengan kecepatan sangat tinggi, maka
muncullah gaya yang berlawanan dengan energi ikat tersebut. Semakin tinggi
kecepatan yang diberikan kepada benda, maka energi yang melawan binding energy
tersebut semakin besar. Sehingga, suatu ketika tubuh manusia itu akan 'buyar'
menjadi partikel-partikel kecil.
Hal ini bisa diumpamakan dengan contoh berikut. Ada sejumlah orang
bergandengan tangan, berderet ke samping. Sederet orang tersebut lantas disuruh
berpusing, dengan salah satunya menjadi pusat putarannya. Semakin cepat, dan
semakin cepat. Maka apakah yang terjadi? Suatu ketika pegangan tangan mereka
tidak mampu lagi untuk saling berjabatan, disebabkan oleh kekuatan putar itu
telah memunculkan tenaga yang melawan kekuatan pegangan mereka. Akhimya,
pegangan tangan mereka pun terlepas. Mereka jatuh bergelimpangan.
Hal inilah yang bakal terjadi pada tubuh manusia yang melesat dengan kecepatan
tinggi. Bahkan, jauh sebelum badannya terburai menjadi partikel-partikel sub
atomik, organ-organ tubuhnya sudah rusak duluan. Jantungnya berhenti berdenyut,
diikuti kesadaran yang menghilang, dan kemudian disusul gagalnya fungsi seluruh
organ-organ tubuhnya.
Dengan demikian, maka secara ilmiah memang sulit untuk mengatakan bahwa
Rasulullah saw melakukan perjalanan tersebut dengan badan wadag nya yang normal.
Beliau tidak akan bisa bergerak sekencang malaikat Jibril dan Buraq,
karena badannya memang bukan terbuat dari cahaya.
Nah, disinilah kata kunci kedua ‘asraa’ menjelaskan. Bahwa perjalanan itu
memang tidak atas kemampuan Rasulullah saw sendiri, melainkan 'diperjalankan'
oleh Yang Maha Perkasa dan Maha Berilmu.
Namun demikian, kita tetap harus mencari penjelasannya agar bisa diterima oleh
akal. Adakah alternatif penjelasan yang bisa memberikan pemahaman secara
scientific? Ternyata Fisika Modern bisa memberikan penjelasan yang masuk akal
tersebut.
Diubah Menjadi Badan Cahaya.
Salah satu 'skenario rekonstruksi' untuk mengatasi problem di atas adalah
teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti
materi. Dan jika materi dipertemukan atau direaksikan dengan antimaterinya, maka
kedua partikel tersebut bakal lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar
gama.
Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika ada partikel proton
dipertemukan dengan antiproton, atau elektron dengan positron (antielektron),
maka kedua pasangan partikel tersebut akan lenyap dan memunculkan dua buah sinar
gama, dengan energi masing masing 0,511 MeV untuk pasangan partikel elektron dan
938 MeV untuk pasangan partikel proton
Sebaliknya, jika ada seberkas sinar Gama yang memiliki energi sebesar itu
dilewatkan medan inti atom, maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi
2 buah pasangan partikel seperti di atas. Hal ini menunjukkan bahwa materi
memang bisa dirubah menjadi cahaya dengan cara tertentu, yang disebut sebagai
reaksi Annihilasi.
Teori ini bisa kita gunakan untuk menjelaskan proses perjalanan Rasulullah saw
pada etape pertama ini. Agar Rasulullah saw dapat mengikuti kecepatan Jibril dan
Buraq, maka badan wadag Rasulullah saw diubah oleh Allah menjadi badan cahaya.
Hal ini dimaksudkan untuk 'mengimbangkan' kualitas badan Nabi dengan Jibril dan
Buraq yang menjadi 'kawan seperjalanan' beliau. Seperti kita ketahui bahwa
Jibril dan Buraq adalah makhluk berbadan cahaya.
Kapankah hal itu dilakukan? Tentu sebelum beliau berangkat. Kemungkinannya,
ketika Jibril mengajak Nabi untuk mensucikan hati beliau dengan menggunakan air
Zam zam.
Telah diceritakan bahwa sebelum berangkat Rasulullah saw disucikan menggunakan
air Zam zam oleh Jibril. Di riwayat yang lain, diceritakan bahwa Jibril
mengoperasi hati Rasulullah saw dan mensucikannya dengan air Zam zam.
Manusia adalah sebuah sistem energi yang berpusatkan di hati. Seluruh
perubahan yang terjadi pada sistem energi tubuh seseorang bisa tercermin di
frekuensi hatinya. Sebaliknya, karena hati menjadi pusat sistem energi itu, maka
jika ingin melakukan perubahan terhadap sistem tersebut juga bisa dilakukan
'mereaksikan' hatinya.
Itulah, agaknya, yang terjadi pada Rasulullah saw saat 'dioperasi' oleh
malaikat Jibril, di dekat sumur Zam-zam. Jibril melakukan manipulasi terhadap
sistem energi dalam tubuh Rasulullah. Seluruh badan material Rasulullah di
'annihilasi' oleh Jibril menjadi badan cahaya. Sebagai makhluk cahaya yang
cerdas, Jibril paham betul tentang proses-proses annihilasi. Sebagaimana firman
Allah dalam
An-Najm :6
“yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan
rupa yang asli.”
Maka, dalam sekejap, tubuh material Nabi pun berubah menjadi tubuh cahaya. Dan
beliau siap melakukan perjalanan bersama Jibril dan Buraq, sebab ketiga-tiganya
telah memiliki kualitas badan yang sama, yaitu badan cahaya. Maka Allah pun
memperjalankan ketiganya menuju masjid al Aqsha di Palestina.
Perjalanan dengan Kecepatan Cahaya
Setelah ketiganya siap, maka mereka segera berangkat dan melesat dengan
kecepatan sangat tinggi sekitar 300.000 km per detik. Ya, ketiga makhluk cahaya
itu melesat menempuh perjalanan Mekkah Palestina yang berjarak 1500 km itu hanya
dalam waktu sekejap mata saja. Atau lebih detilnya sekitar 0,005 detik, dalam
ukuran waktu manusia!
Namun demikian, Rasulullah saw melakukannya dengan kesadaran penuh. Adanya
relativitas waktu antara Dunia manusia dengan Dunia malaikat menyebabkan
Rasulullah merasakan sepenuhnya perjalanan itu. Sehingga segala peristiwa yang
terjadi dalam perjalanan, beliau bisa mengingat dan menceritakan kembali.
Bayangkan seperti orang yang lagi bermimpi. Meskipun orang tersebut hanya
bermimpi selama 1 menit, tetapi dia bisa bercerita tentang mimpinya yang 'sangat
panjang'. Kenapa demikian? Karena waktu yang berjalan di Dunia mimpi dan Dunia
nyata berbeda.
Sama dengan yang terjadi pada Rasulullah saw. Pada waktu itu, beliau tidak
sedang bermimpi. Beliau betul-betul melakukan perjalanan dengan badannya. Tetapi
badan yang sudah diubah menjadi cahaya. Nah, karena ada relativitas waktu, maka
waktu yang sekejap itu pun bagi Rasulullah sudah, cukup untuk menangkap seluruh
kejadian yang dialaminya.
Maka, tidak heran jika beliau bisa menjawab berbagai, pertanyaan orang kafir
yang ingin mengujinya. Di antaranya, beliau bisa bercerita betapa dalam
perjalanan itu ada sekelompok kafilah atau pedagang yang unta dan kudanya lari
ketakutan, saat Rasulullah saw dan Jibril melintas di dekatnya. Para kafilah itu
tidak bisa melihat Rasulullah yang berbadan cahaya, tetapi rupanya unta dan
kuda-kuda mereka bisa merasakan kehadiran Rasulullah, Jibril dan Buraq yang
melintas dengan kecepatan sangat tinggi.
Daimbil dari milis Tasawuf